lingkungan di sekitar kita adalah amanah allah yang harus
MemahamiAllah yang Maha mengatur kehidupan alam semestaKeteraturan yang ditata dengan baik dan sempurna adalah karenaAllah yang telah mengatur kehidupan dan segala di alam semesta ini. Suratyang ada dalam Al-An'aam disebutkan " Segala puji bagi Allah yang telahmenciptakan langit dan bumi dan membuat gelap dan terang".
Kepemimpinanadalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita pertanggung jawabkan. Anda adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Untuk menumbuhkan kepem impinan ada tiga hal yang perlu anda ketahui. Pertama, menyadari bahwa nasib berada di tangan anda sendiri. Andalah yang merupakan sutradara terhadap
Mengacupada pengertian adil, adapun beberapa manfaat adil adalah sebagai berikut: 1. Mencegah Perpecahan. Seperti yang telah disinggung di atas bahwasannya seorang pemimpin yang adil akanmembuat organisasinya terpecah belah. Hal ini juga berlaku secara umum adalah kehidupan masyarakat. Jika kita bersikap tidak adil maka akan terjadi
Makamarilah kita menjaga alam dan mencintainya sebagai amanah dari Allah atas kekhalifahan kita di muka bumi. maka dari itu sebagai orang yang beriman, kita harus menjaga lingkungan dengan baik. · Perilaku menjaga dan melestarikan alam sesuai hadist diatas, adalah: 1. Tidak merusak lingkungan sekitar kita. 2. Mengurus tanah agar menjadi
1 Riya' dalam niat. Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah.Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.
Frau Sucht Mann Um Schwanger Zu Werden. Dalam Islam, manusia memiliki derajat yang tinggi dalam kaitannya dengan makhluk lain di bumi. Manusia menjadi subjek yang aktif dibanding hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, api, dan benda lainnya. Manusia dapat mengelola semuanya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia memiliki diangkat sebagai khalifah yang mengemban amanah dalam merawat dan melestarikan bumi seisinya sebagai anugerah Allah SWT. Al-Baqarah ayat 30. Dalam kaitannya dengan akhlak terhadap lingkungan, manusia dituntut untuk berinteraksi dengan baik. Manusia memiliki tanggung jawab pada pelestarian dan pemeliharaan lingkungan hidup. Bahkan, inti dari risalah Nabi Muhammad SAW atau agama Islam adalah berkasih sayang terhadap alam semesta. Al-Anbiya ayat 107. Dengan demikian, perilaku umat Islam menjadikan kasih sayang terhadap alam semesta termasuk pelestarian lingkungan sebagai orientasi beragama mereka. Umat Islam dalam bentuk yang konkret berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan ekosistem baik di darat maupun di laut. Umat Islam menanggung amanah yang besar dalam menjaga kualitas air, kesegaran udara, kebersihan tanah, dan bahkan memelihara suasana dari polusi suara. KH Ali Yafie, Merintis Fiqih Lingkungan Hidup, [Jakarta, Ufuk 2006]. Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan memberikan dampak buruk bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan tidak hanya mengenai pelaku, tetapi juga berimbas pada semua makhluk hidup. Adapun dampak kerusakan alam dan pencemaran lingkungan akan dirasakan oleh manusia itu sendiri. Surat Ar-Rum ayat 41 menyebutkan, "Kerusakan alam di darat dan di laut telah tampak karena perbuatan tangan manusia agar Allah menimpakan dampak kerusakan alam akibat sebagian perbuatan mereka agar mereka kembali." Adapun lingkungan hidup atau al-bi’ah didefinisikan sebagai sebuah kawasan geografis di mana kita hidup dan berdiam di dalamnya atau sebuah kawasan dengan unsur hayati dan kandungan alam yang terdiri atas unsur manusia dan peradaban. Nuruddin Mukhtar Al-Khadimi, Fiqhunal Mu’ashir, [Mesir, Darus Salam 2015 M]. Menurut Al-Khadimi, perhatian terhadap lingkungan dalam Islam tampak pada nash dan maqashidus dan qaidah syariah tujuan dan kaidah dari risalah Islam. perhatian terhadap lingkungan hidup tampak pada nash-nash dan dalil agama yang sangat spesifik juz’i baik berupa ayat Al-Qur’an, hadits dan sunah nabi, dan kajian-kajian ilmiah dalam Islam yang berkaitan dengan manusia dan binatang, darat dan laut, angkasa dan kawasan darat. Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW baik secara eksplisit maupun implisit mengandung amanah bagi manusia untuk menjaga lingkungan hidup. Surat Al-A’raf ayat 65 memerintahkan manusia untuk memakmurkan, menjaga, dan mengolah bumi sesuai kebutuhan dengan meminimalisasi dampak kerusakannya. Sedangkan pada Surat Al-Qashash ayat 77 mengingatkan manusia agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Perusakan alam dalam Surat Al-Qashash ayat 77 merupakan tindakan yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Adapun tujuan dasar syariat atau risalah merupakan hifzhul hayat atau menjaga kelestarian kehidupan. Tujuan ini dapat tercapai melalui pelestarian alam dan pemeliharaan terhadap lingkungan. Sedangkan perusakan alam dan pencemaran lingkungan berdampak pada kualitas dan daya dukung lingkungan di mana manusia tinggal dan berdiam. Perusakan alam dan pencemaran lingkungan akan menurunkan bahkan merusak kualitas pangan, air, dan udara yang menjadi kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup dharuri. Manusia sebagai makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa lingkungan yang bersih dan tidak tercemar sebagai daya dukung yang memadai. Akhlak kepada Hewan Kalau Islam tidak memperbolehkan seorang muslim untuk berbuat buruk dan menyakiti non-Muslim, Islam juga berpesan agar berbagi kasih sayang kepada segala makhluk bernyawa dan melarang mereka untuk bersikap kasar terhadap hewan. Sejak 13 abad lalu, Islam menganjurkan umat manusia untuk bersikap ramah terhadap hewan. Kasih sayang terhadap binatang merupakan salah satu cabang keimanan. Tindakan zalim dan menyakitkan hewan dapat mengantarkan umat Islam ke dalam neraka dan membuat murka Allah. Rasulullah SAW pernah menceritakan seorang yang mendapati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian turun ke sumur untuk mengambil air dan memberikan minum anjing kehausan tersebut sehingga terpenuhi hajatnya. "Allah berterimakasih dan memberikan ampun kepada orang tersebut," kata Rasulullah. "Apakah menyayangi binatang juga berpahala ya Rasulullah?" tanya sahabat. "Pada setiap limpa yang basah terdapat pahala," kata Rasulullah. HR Bukhari. Pada riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menceritakan seorang wanita yang menyiksa kucing karena menahannya tanpa memberikannya makan. Wanita tersebut kemudian dimasukkan ke dalam neraka. Sedangkan riwayat Muslim menceritakan, suatu hari Rasulullah SAW melihat seekor keledai yang wajahnya ditandai dengan besi panas. Pada hadits riwayat Abu Dawud, ketika menyaksikan wajah seekor keledai ditandai dengan besi panas, Rasulullah mengatakan, "Apakah belum sampai kepada kalian bahwa aku melaknat orang yang menandai binatang pada wajahnya dan memukul wajah binatang?" Sebuah riwayat menyebutkan, sahabat Ibnu Umar RA melihat sejumlah orang menjadikan ayam hidup sebagai bulan-bulanan latihan panah. Ia mengatakan, "Sungguh, Nabi Muhammad SAW melaknat orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran tembak." Sedangkan Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan sahabat Ibnu Abbas SAW yang mengatakan, "Rasulullah SAW melarang manusia mengadu domba binatang." Al-Bazzar dengan sanad yang sahih meriwayatkan Ibnu Abbas RA yang mengatakan, "Rasulullah SAW melarang keras manusia mengebiri binatang." Ulama dari Mazhab Syafi’i, Izzuddin bin Abdissalam, dalam karyanya, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam, membahas hak-hak binatang. Menurutnya, pemenuhan hak binatang merupakan bagian dari upaya penciptaan maslahat dan penolakan mafsadat dar’ul mafasid wa jalbul mashalih yang menjadi pijakan agama Islam. "Jenis ketiga yang masuk kategori kedua dalam rangka mendatangkan maslahat dan menolak mafsadat adalah kewajiban manusia dalam menjaga hak binatang ternak dan hewan. Manusia wajib menafkahi dengan pantas binatang tersebut seandainya binatang itu sakit dan tidak dapat diambil manfaatnya; tidak boleh membebaninya dengan pekerjaan yang tidak sanggup dilakukannya; tidak mengumpulkannya dengan hewan sejenis atau hewan jenis lain yang dapat menanduk, memecahkan, atau melukainya; harus menyembelih dengan cara terbaik bila ingin menyembelihnya; tidak mengoyak kulitnya, tidak boleh mematahkan tulangnya sehingga melemahkan dan menghilangkan daya hidupnya, tidak boleh menyembelih anaknya di hadapannya, tidak boleh mengisolasinya, harus menyiapkan alas terbaik untuk dia duduk mendeku; mengumpulkan jantan dan betina pada musim kawin; tidak boleh membuang hasil buruannya; tidak boleh melemparnya dengan alat keras yang dapat mematahkan tulangnya; atau melempar/membenturkannya dengan benda yang tidak membuat halal dagingnya," Izzuddin bin Abdissalam, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah 2010 M], juz I, halaman 112. Alhafiz Kurniawan
Aku Anak SalihPerilaku Terpuji Amanah, Santun dan Menghargai Teman Kompetensi Dasar Memahami makna perilaku amanah clalam kehidupan seharihari Mencontohkan perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari Memahami sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat sekitar Mencontohkan sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat sekitar Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran jarak jauh peserta didik dapat 1. Menjelaskan pengertian amanah dengan benar 2. Menjelaskan contoh perilaku amanah dengan benar 3. Menampilkan perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari dengan benar 4. Menjelaskan pengertian santun dengan benar 5. Menjelaskan contoh perilaku santun di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar 6. Menampilkan perilaku santun di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar 7. Menjelaskan pengertian menghargai teman dengan benar 8. Menjelaskan contoh perilaku menghargai teman di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar 9. Menampilkan perilaku menghargai teman di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar Materi Pokok Amanah, santun, dan menghargai teman Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal 1. Salam dan Doa 2. Mari Tadarus 3. Mari kita lakukan protokol kesehatan Kegiatan IntiAmati tayangan berikut! Bagaimana menurut pendapatmu tentang tayangan diatas?Apa yang dimaksud amanah?Apa saja perilaku yang termasuk amanah?Bagaimana bersikap santun dan menghargai teman? Ayo pahami! A. Perilaku Amanah Pengertian Amanah Amanah adalah sikap jujur atau dapat di percaya. Amanah dapat diartikan dengan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah merupakan titipan. Amanah merupakan lawan dari khianat. Sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dilindungi, dijaga, dan dilaksanakan. Jadi Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang atau kepercayaan terhadap seseorang untuk dilaksanakan. Macam-macam Amanah 1. Amanah terhadap Allah Swt., yaitu dengan menjalani semua perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. 2. Amanah terhadap sesama manusia, yaitu ketika di titipi pesan atau barang maka kita harus menyampaikan kepada yang berhak 3. Amanah terhadap diri sendiri, yaitu dengan menggunakan segenap anggota badan dan kemampuan demi menjaga kelangsungan hidup Contoh Perilaku Amanah Berikut ini beberapa contoh amanah dalam kehidupan sehari-hari 1. Menjaga titipan dan mengembalikannya seperti keadaan semula. Apabila kita dititipi sesuatu oleh orang lain, misalnya barang berharga, emas, rumah, atau barang-barang lainnya, maka kita harus menjaganya dengan baik. Pada saat barang titipan tersebut diambil oleh pemiliknya, kita harus mengembalikannya seperti semula. 2. Menjaga rahasia. Apabila kita dipercaya untuk menjaga rahasia, baik itu rahasia pribadi, rahasia keluarga, rahasia organisasi, atau rahasia negara, maka kita wajib menjaganya supaya tidak bocor kepada orang lain. 3. Tidak menyalahgunakan jabatan. Jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Apabila kita diberi jabatan apapun bentuknya, maka kita harus menjaga amanah tersebut. menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok termasuk perbuatan yang melanggar amanah. 4. Memelihara semua nikmat dari Allah Swt. Nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. berupa umur, kesehatan, harta benda, ilmu, dan sebagainya. Semua nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada umat manusia adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Nabi Muhammad Saw memberi contoh saat berdagang ke Syam bersama pamannya. Dalam berdagang, beliau selalu bersikap amanah terpercaya. Barang dagangan yang dititipkan kepadanya dijaga dengan baik. Mengingat sikapnya itu, beliau mendapatkan gelar al-Amin, artinya orang yang dapat dipercaya. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw., kita harus meneladani perilakunya, misalnya 1. rajin belajar; 2. menjaga nama baik orang tua kita; 3. mengerjakan tugas sekolah; 4. menjaga nama baik guru dan sekolah. 5. menjaga diri dengan baik 6. menjaga hak orang lain Manfaat Berperilaku Amanah Orang yang berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri sendiri. Begitu juga sikap amanah memiliki dampak yang baik bagi diri sendiri. Di antara hikmah berperilaku amanah sebagai berikut 1. Dipercaya orang lain, 2. Mendapatkan simpati dari orang lain 3. Menjalani hidup akan berhasil dan dimudahkan oleh Allah Swt. Ayo simak tayangan berikut! B. Perilaku Santun Amati tayangan berikut!Apa pendapatmu tentang perilaku pada tayangan tersebut?Ayo baca materi berikut!Pengertian Santun Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Perilaku santun seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Santun mencakup dua hal, yaitui santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup sehari hari. Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun. Orang lain merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak sopan, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita. Orang santun biasanya sabar, tenang, sopan, penuh rasa belas kasihan dan suka menolong. Sedangkan, menghargai berarti menghormati, mengindahkan, dan memandang penting kepada orang lain. Orang yang tidak menghargai berarti orang yang meremehkan atau tidak peduli terhadap orang lain. Perhatikan firman Allah berikut! “Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang al-Qur'an kepada hambaNya Muhammad untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.” al-Hadid/ 57 9. Contoh perilaku Santun Contoh sikap santun yang harus kita lakukan saat di sekolah adalah 1. Menyapa guru saat bertemu 2. Mengucap dan memberi salam pada guru 3. Menghormati bapak dan ibu guru 4. Menggunakan seragam yang rapi dan sesuai aturan 5. Berkata lembut terhadap teman, guru maupun karyawan Contoh sikap santun yang harus kita lakukan saat di rumah adalah 1. Meminta izin kepada orang tuanya saat hendak bepergian keluar rumah 2. Menggunakan kata-kata yang baik dan menghindari penggunaan kata-kata kasar 3. Saling mengucapkan salam saat hendak bepergian 4. Saling berbagi apapun kepada sesama saudara 5. Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga Contoh sikap santun yang harus kita lakukan saat di masyarakat adalah 1. Mengikuti kegiatan kerja bakti pembersihan lingkungan 2. Saling berbagi dan saling membantu sesama tetangga 3. Saling menyapa dengan tetangga 4. Menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan Tidak meludah di sembarang tempat. Manfaat bersikap santun Adapun manfaat perilaku santun sebagai berikut ; 1. Dihargai dan di hormati orang lain 2. Rasa tenteram dan damai 3. Mendatangkan rasa bahagia 4. Dapat menjaga hubungan baik dengan orang yang ada di sekitar kita 5. Dipandang sebagai orang yang mempunyai perilaku baik C. Perilaku Menghargai Teman Ayo simak tayangan dibawah ini! Apakah memafkan teman termasuk cara menghargai teman? cara menghargai teman? Ayo pahami materi berikut!Pengertian Menghargai Teman Menghargai teman adalah sikap menghormati seorang dan memberi kesempatan kepada orang lain. Orang yang tidak menghargai berarti orang yang meremehkan atau tidak peduli terhadap orang lain. Contoh perilaku menghargai teman. Perilaku menghargai teman dapat diwujudkan dengan 1. Berteman tanpa pilih kasih. Bersahabat dan bermain dengan siapa saja, tidak memandang kedudukan orang tersebut. 2. Tidak mencela dengan perkataan yang buruk. 3. Rendah hati dan bisa menerima dengan hati yang tulus atas kerja temanmu. 4. Mengucapkan “terimakasih” kepada teman yang telah membantu. 5. Mengucapkan “minta maaf” kepada teman jika kita bersalah atau menyinggung perasaan dan sebagainya. 6. Tidak mengambil hak orang lain dan menguasainya dengan cara mencuri, merampas, atau berdusta. 7. Memberikan ucapan selamat, sanjungan dan pujian secara langsung kepada teman yang berprestasi. Ayo simak tayangan berikut! Kegiatan Penutup Mari membuat kesimpulan 1. Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang atau kepercayaan terhadap seseorang untuk dilaksanakan. 2. Contoh perilaku amanah Menjaga titipan dan mengembalikannya seperti keadaan semula, menjaga rahasia, tidak menyalahgunakan jabatan, memelihara semua nikmat dari Allah Swt. 4. Manfaat berperilaku amanah akan dipercaya orang lain, mendapatkan simpati dari orang lain, menjalani hidup akan berhasil dan dimudahkan oleh Allah Swt. 3. Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. 4. Contoh perilaku santun di sekolah menyapa guru saat bertemu dengan guru, mengucap dan memberi salam pada guru, menyayangi teman-teman, berkata lembut terhadap teman, guru maupun karyawan. 5. Contoh sikap santun di rumah adalah meminta izin kepada orang tuanya saat hendak bepergian keluar rumah, saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah, menggunakan kata-kata yang baik dan menghindari penggunaan kata-kata kasar. 6. Contoh santun di masyarakat mengikuti kegiatan kerja bakti pembersihan lingkungan, saling berbagi dan saling membantu sesama tetangga, menjaga ketertiban lingkungan, tidak meludah di sembarang tempat. 7. Manfaat berperilaku santun Dihargai dan di hormati orang lain, akan merasa tenteram dan damai, mendatangkan rasa bahagia 8. Menghargai teman adalah sikap menghormati seorang dan memberi kesempatan kepada orang lain. 9. Contoh perilaku menghargai teman berteman tanpa pilih kasih. tidak mencela dengan perkataan yang buruk, mengucapkan “minta maaf” kepada teman jika kita bersalah atau menyinggung perasaan. Jangan lupa uji kemampuan kalian dengan menjawab beberapa pertanyaan. Demikian pembelajaran kali ini, kita ucap “Alhamdulillah” Penilaian Jawablah pertanyaan berikut! 1. Jelaskan pengertian Amanah! 2. Sebutkan 3 macam amanah! 3. Sebutkan 3 contoh perbuatan yang termasuk amanah! 4. Jelaskan manfaat bersikap amanah! 5. Apakah yang dimaksud santun? 6. Jelaskan 3 contoh santun di sekolah! 7. Sebutkan 3 contoh santun di masyarakat! 8. Jelaskan manfaat bersikap santun! 9. Jelaskan arti menghargai teman! 10. Sebutkan 3 contoh perbuatan yang termasuk menghargai teman!
Ilustrasi alam dan lingkungan. Foto ini, manusia hidup secara berdampingan dengan alam. Namun, semakin banyaknya populasi manusia di Bumi ini, alam seakan didesak untuk bekerja lebih keras memenuhi kebutuhan hal ini, alam telah memberi manusia banyak hal yang bermanfaat dan indah. Seperti pemandangan, makanan, tempat tinggal, hingga menjaga keseimbangan halus yang diperlukan untuk menopang kehidupan di planet menjaga dan merawat alam dan lingkungan untuk berkembang dengan lebih baik sangat harus dilakukan oleh manusia. Peningkatan akan kesadaran menjaga lingkungan harus terus telah memberikan pedoman terhadap semua sisi kehidupan, termasuk lingkungan. Lingkungan sendiri merupakan bagian dari ciptaan Allah SWT dan setiap manusia ciptaan-Nya berkewajiban untuk dari berbagai sumber, inilah beberapa dalil yang menjelaskan ajaran Islam dalam melestarikan alam dan Merusak lingkungan menjadi salah satu sifat orang munafikAllah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْفَسَادَArtinya Dan apabila ia berpaling dari kamu, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai Dilarang untuk menvemari lingkunganDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda"Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat!" Sahabat-sahabat bertanya, "Apakah dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu?" Nabi menjawab, "Orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduh manusia." HR MuslimDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda"Janganlah seorang dari kalian kencing di air tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya." HR Bukhari dan Muslim3. Menanam tumbuhan sama dengan bersedekahDari Anas radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda"Tidak seorang pun Muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah untuknya." HR BukhariIlustrasi alam dan lingkungan. Foto Berlaku baiklah kepada segala sesuatuDari Syaddad bin Aus berkata"Ada dua hal yang aku hafal dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata, 'Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan kepada segala sesuatu. Bila kalian membunuh seperti binatang berbahaya, bunuhlah dengan cara yang baik. Bila kalian menyembelih binatang, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya seorang dari kalian mengasah pisaunya dan memberi kemudahan kepada sembelihannya. HR Muslim5. Larangan membakar pohonAbu Bakar Radhiyallahu ’anhu berpesan ketika mengirim pasukan ke Syam, "... dan janganlah kalian menenggelamkan pohon kurma atau membakarnya. Janganlah kalian memotong binatang ternak atau menebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian meruntuhkan tempat ibadah. Janganlah kalian membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita." HR AhmadNah, itulah beberapa dalil dari Al-Quran dan hadis yang dapat kamu pahami bahwa menjaga dan merawat alam dan lingkungan itu penting untuk kelangsungan hidup di dunia. Bahkan, mereka yang menanam tumbuhan yang bermanfaat sama dengan bersedekah. Wallahu'alam.
ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUPOleh Ustadz Abu Ihsan al-AtsariDien Islam yang kaffah ini telah melarang segala bentuk pengrusakan terhadap alam sekitar, baik pengrusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kaum Muslimin, harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam sekitar. Oleh karena itu, seyogyanya setiap Muslim memahami landasan-landasan pelestarian lingkungan hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul amanah untuk menghuni bumi Allâh Azza wa Jalla Subhanahu wa Ta’ala telah melarang perbuatan merusak lingkungan hidup karena bisa membahayakan kehidupan manusia di muka bumi. Karena bumi yang kita tempati ini adalah milik Allâh Azza wa Jalla dan kita hanya diamanahkan untuk menempatinya sampai pada batas waktu yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Oleh karena itu, manusia tidak boleh semena-mena mengeksplorasi alam tanpa memikirkan akibat yang Azza wa Jalla berfirman تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَItulah ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar dan tiadalah Allâh berkehendak untuk menganiaya hamba-hambaNya. [Ali Imrân/3108]Allah Azza wa Jalla menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Alam ini merupakan sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugas pokok mereka yang merupakan tujuan diciptakan jin dan manusia. Alam adalah tempat beribadah hanya kepada Allâh semata. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Yaitu Orang-orang yang mengingat Allâh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Ali Imrân/3191]Syariat Islam sangat memperhatikan kelestarian alam, meskipun dalam jihâd fi sabîlillah. Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon tanpa alasan dan keperluan yang alam dan lingkungan hidup yang kita saksikan sekarang ini merupakan akibat dari perbuatan umat manusia. Allâh Azza wa Jalla menyebutkan firmanNya ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَTelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. [ar-Rûm/3041]Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, “Zaid bin Râfi’ berkata, Telah nampak kerusakan,’ maksudnya hujan tidak turun di daratan yang mengakibatkan paceklik dan di lautan yang menimpa binatang-binatangnya.”Mujâhid rahimahullah mengatakan, “Apabila orang zhâlim berkuasa lalu ia berbuat zhâlim dan kerusakan, maka Allâh Azza wa Jalla akan menahan hujan karenanya, hingga hancurlah pesawahan dan anak keturunan. Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai kerusakan.” Kemudian Mujâhid rahimahullah membacakan ayat di apakah kerusakan yang terjadi itu hanya disebabkan perbuatan manusia yang merusak lingkungan atau mengekplorasi alam semena-mena ataukah juga disebabkan kekufuran, syirik dan kemaksiatan yang mereka lakukan ? Jawabnya adalah Katsîr rahimahullah telah menjelaskan dalam tafsirnya “Makna firman Allâh yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,” yaitu kekurangan buah-buahan dan tanam-tanaman disebabkan kemaksiatan. Abul Aliyah berkata, “Barangsiapa berbuat maksiat kepada Allâh di muka bumi, berarti ia telah berbuat kerusakan padanya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Oleh karena itu apabila nabi Isa turun di akhir zaman, beliau akan berhukum dengan syariat yang suci ini pada masa tersebut. Beliau akan membunuh babi, mematahkan salib dan menghapus jizyah upeti sehingga tidak ada pilihan lain kecuali masuk Islam atau diperangi. Dan di zaman itu, tatkala Allâh telah membinasakan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’jûj dan Ma’jûj, maka dikatakanlah kepada bumi, “Keluarkanlah berkahmu.” Maka satu buah delima bisa dimakan oleh sekelompok besar manusia dan mereka bisa berteduh di bawah naungan kulitnya. Dan susu unta mampu mencukupi sekumpulan manusia. Semua itu tidak lain disebabkan berkah penerapan syariat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Maka setiap kali keadilan ditegakkan, akan semakin banyaklah berkah dan kebaikan. Karena itulah disebutkan dalam hadits shahih, yang artinya, “Sesungguhnya apabila seorang yang jahat mati, niscaya para hamba, kota-kota, pepohonan dan binatang-binatang melata merasakan ketenangan.”[1]Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Disamping kita telah menjaga kehidupan manusia di sekitar kita. Bukankah satu pohon adalah jatah untuk dua orang ?Dalam hal ini pemerintah berhak memerintahkan rakyat untuk menanam pohon. al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “Bercocok tanam termasuk fardhu kifâyah. Imam penguasa berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna dengan itu, seperti menanam pohon.”[2]Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا مِنْ مُسْلِمٍ غَرَسَ غَرْسًا فَأَكَلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ أَوْ دَابَّةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌMuslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.[3]Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala Shallallahu alaihi wa sallam bersabda سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لََهُ بَعْدَ مَوْتِهِ .Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. Tujuh itu adalah orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.[4]Menebang pohon, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, membakar areal pesawahan dan lain-lainnya sudah jelas termasuk perbuatan merusak alam yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia. Banjir bandang, kabut asap, pemanasan global adalah beberapa diantara akibatnya. Namun sadarkah kita, bahwa kerusakan alam bukan hanya karena faktor-faktor riil seperti itu saja. Kekufuran, syirik dan kemaksiatan juga punya andil dalam memperparah kerusakan alam. Bukankah banjir besar yang melanda kaum Nuh Alaihissallam disebabkan kekufuran dan penolakan mereka terhadap dakwah Nabi Nuh Alaihissallam? Bukankah bumi dibalikkan atas kaum Luth sehingga yang atas menjadi bawah dan yang bawah menjadi atas disebabkan kemaksiatan yang mereka lakukan ?Sebaliknya, keimanan, ketaatan dan keadilan juga berperan bagi kebaikan dan keberkahan Qayyim rahimahullah mengatakan, “Diantara pengaruh buruk perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor di muka bumi serta terhapusnya berkah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati kampung kaum Tsamûd, beliau melarang mereka para sahabat melewati kampung tersebut kecuali dengan menangis. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga melarang mereka meminum airnya, menimba sumur-sumurnya, hingga beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk mengadon gandum. Karena maksiat kaum Tsamûd ini telah mempengaruhi air di sana. Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen Ahmad telah menyebutkan dalam Musnadnya, ia berkata, “Telah ditemukan dalam gudang milik Bani Umayyah sebutir gandum yang besarnya seperti sebutir kurma. Gandum itu ditemukan dalam sebuah kantung yang bertuliskan, “Biji gandum ini tumbuh pada masa keadilan ditegakkan.”Kebanyakan musibah-musibah yang Allâh Azza wa Jalla timpakan atas manusia sekarang ini disebabkan perbuatan dosa yang mereka orang tua di padang pasir telah mengabarkan kepadaku bahwa mereka pernah mendapati buah-buah yang ukurannya jauh lebih besar daripada buah-buahan yang ada sekarang.”[5]Barangkali ada yang bertanya apakah maksiat yang tidak ada sangkut pautnya dengan alam bisa juga merusak alam ? Jawabnya, ya bisa. Bukankah Hajar Aswad menghitam karena maksiat yang dilakukan oleh manusia ? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّّةِ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ ، فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَHajar Aswad turun dari surga lebih putih warnanya daripada salju, lalu menjadi hitam karena dosa-dosa anak Adam.[6]Begitulah pengaruh dosa dan maksiat! Hajar Aswad yang turun dari surga dalam keadaan berwarna putih bersih lebih putih dari salju bisa menghitam karena dosa. Ini membuktikan bahwa dosa dan maksiat juga memberikan pengaruh pada perubahan yang terjadi pada alam manusia tidak segera kembali kepada agama Allâh Azza wa Jalla, kepada sunnah Nabi-Nya, maka berkah itu akan berganti menjadi musibah. Hujan yang sejatinya, Allâh turunkan untuk membawa keberkahan dimuka bumi, namun karena ulah manusia itu sendiri, hujan justru membawa berbagai bencana bagi manusia. Banjir, tanah longsor dan beragam bencana muncul saat musim hujan tiba. Bahkan di tempat-tempat yang biasanya tidak banjir sekarang menjadi langganan banjir !Tidakkah manusia mau menyadarinya? Atau manusia terlalu egois memikirkan diri sendiri tanpa mau menyadari pentingnya menjaga alam sekitar yang bakal kita wariskan kepada generasi mendatang !?Allâh Azza wa Jalla memberi manusia tanggung jawab untuk memakmurkan bumi ini, mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata. Dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menuntut tanggung jawab itu di akhirat karena itu, kita sebagai umat muslim seharusnya memahami arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Mereka punya kewajiban untuk melestarikan alam Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَاDan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya. [al-A’râf/756]Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini sebagai berikut, “Firman Allâh Azza wa Jalla yang maknanya-red, Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.’ Allâh melarang tindakan perusakan dan hal-hal yang membahayakan alam, setelah dilakukan perbaikan atasnya. Sebab apabila berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik lalu setelah itu terjadi perusakan, maka hal itu lebih membahayakan umat manusia. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla melarang hal itu dan memerintahkan para hamba-Nya agar beribadah, berdoa, dan tunduk serta merendahkan diri kepada-Nya.”Sesungguhnya dengan akal yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan, manusia lebihkan dari makhluk-makhluk lainnya. Kita lebih mulia dari hewan. Coba anda lihat, hewan saja memiliki kesadaran menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup, lalu apakah kita selaku manusia justru menghancurkannya ? Janganlah kamu berbuat kerusakan sesudah Allâh memperbaikinya! Maka kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini. Bukankah Allâh Azza wa Jalla telah berfirman وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍDan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. [al-Hijr/1519]Ya, semua sudah ada ukurannya, semua ada aturannya. Allâh Azza wa Jalla telah menciptakan semua itu dengan sangat detail dan Katsîr rahimahullah berkata, “Selanjutnya Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa Dia yang telah menciptakan bumi, membentangnya, menjadikannya luas dan terhampar, menjadikan gunung-gunung diatasnya yang berdiri tegak, lembah-lembah, tanah dataran, pasir, dan berbagai tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang sesuai. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu berkata tentang firman Allâh Azza wa Jalla “Segala sesuatu dengan ukuran” Mauzun artinya adalah diketahui ukurannya proporsional dan seimbang. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Qatâdah dan ulama yang lainnya. Di antara para ulama ada yang mengatakan, “maksudnya ukuran yang telah ditentukan.” Sedang Ibnu Zaid mengatakan, “Maksudnya yaitu dari setiap sesuatu yang ditimbang dan ditentukan ukurannya.”Dalam ayat lain Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang siklus hidrologi sirkulasi air yang tidak pernah berhenti yang menjadi salah satu elemen terpenting bagi kelangsungan kehidupan makhluk di muka Azza wa Jalla berfirman اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَAllah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allâh membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. [ar-Rûm/3048].Begitulah proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan sustainability bumi. Proses ini dikenal sebagai siklus hidrologi, mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan dan aliran air ke sungai, danau dan ini kita laksanakan dengan menjalankan syariat Allâh Azza wa Jalla di muka bumi, memakmurkannya dengan tauhid dan sunnah. Sembari terus menumbuhkan kesadaran bahwa kita tidak sendiri hidup di muka bumi. Ada makhluk-makhluk Allâh Subhanahu wa Ta’ala lainnya selain kita di sekitar juga dengan menjauhi kekafiran, syirik dan maksiat. Karena dosa dan maksiat akan mendorong manusia untuk merusak dan mengotori alam ini dengan noda-noda maksiat mereka. Mereka inilah inilah yang sebenarnya tidak memahami tujuan penciptaan alam semesta al-KarîUmdatut Tafsîr Ibnu KatsîTafsir Ibnul al-BukhâShahîh Shâlihîn, an-Nawawi.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] HR Bukhâri 6512. [2] Tafsîr al-Qurthubi III/306. [3] HR Bukhâri 6012. [4] Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ 3602 dari Anas. [5] al-Fawâid, hlm. 65. [6] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi I/166, Ibnu Khuzaimah I/271 dan dishahihkan oleh al-Albâni dalam Silsilatul Ahâdîtsis Shahîhah 2618..
Menjaga dan melestarikan lingkungan berupa ruang hidup bersama atau biasa dikenal dengan istilah ruang publik sejatinya kewajiban seluruh elemen masyarakat secara umum dan para pengambil kebijakan secara khusus. Hal ini tak lain karena kenyamanan lingkungan akan dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Pun demikian sebaliknya, ketidaknyamanan di ruang publik akan berdampak dan dirasakan langsung oleh semua masyarakat. Pada zaman seperti sekarang, kesadaran untuk menjaga lingkungan menjadi tantangan yang sangat serius dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kota-kota besar, contohnya, kemacetan lalu lintas telah menjadi kenyataan hidup sehari-hari. Karena sudah menjadi kebiasaan, kemacetan lalu lintas kerap tidak dianggap sebagai masalah serius yang berkaitan dengan lingkungan. Begitu juga dengan persoalan banjir. Pada musim hujan, tempat-tempat yang awalnya tampak angkuh dan megah, tak jarang berubah menjadi kolam air yang disertai dengan tumpukan sampah yang sangat mengganggu pemandangan dan kesehatan. Bahkan jalan-jalan yang lebar dan asri pun berubah menjadi selokan-selokan besar yang mengulari perkotaan. Sementara di sisi lain, pembangunan terus digalakkan hampir di semua sudut kota. Pelbagai macam alat-alat berat terus beroperasi di mana-mana untuk menciptakan gedung-gedung mewah atau mengeruk aneka macam kekayaan alam. Sebagai pemegang amanah dari rakyat dan kekuasaan, pemerintah di semua lapisannya merupakan pihak yang terkait langsung dengan pelestarian atau pun penjagaan lingkungan. Dengan kata lain, pemerintah harus berada di barisan terdepan dalam upaya menciptakan lingkungan yang bermaslahat bagi semua elemen masyarakat. Yaitu melalui tata kota yang terencana, terukur, dan memerhatikan kemaslahatan bersama. Dalam perspektif Islam, kebijakan pemerintah atau seorang pemimpin harus memerhatikan kemaslahatan masyarakat. Karena kemaslahatan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dan terutama dari sebuah kepemimpinan ataupun pemerintahan. Inilah yang dalam kaidah hukum Islam fikih dikenal dengan istilah تَصَرُّفُ اْلامَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ "Kebijakan pemerintah ataupun pemimpin terhadap rakyat atas dasar kemaslahatan mereka." Dalam semangat kepemimpinan sebagaimana di atas, kebijakan pemerintah terkait dengan pembangunan harus dirancang dan dijalankan sesuai dengan kemaslahatan lingkungan berupa ruang publik. Yaitu dengan perencanaan yang matang dan terukur terkait dengan tata kota; mana wilayah pembangunan dan mana wilayah serapan. Pemilahan-pemilahan seperti di atas sangat penting untuk memerhatikan hak-hak dan fungsi lingkungan. Hingga pada berkembangan berikutnya lingkungan tidak merampas hak-hak hidup masyarakat dalam bentuk musibah-musibah alam. Allah swt berfirman وَمَانُرْسِلُ المُرْسَلِيْنَ إِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْن الأنعام 48 "Dan Kami tidak mengutus para Rasul kecuali sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan. Maka barangsiapa beriman dan berbuat kemaslahatan, maka bagi mereka tidak akan takut dan sedih." Qs. al-An’âm [6] 48 Ayat al-Quran di atas menegaskan tentang misi diutusnya para Rasul tidak lain untuk membawa kemaslahatan bagi umatnya melalui kabar gembira dan peringatan yang akan menuntun hidup mereka. Misi yang mulia tersebut dijamin oleh Tuhan dengan surga di hari akhirat nanti. Dalam kitab tafsir Mafâtîh Al-Ghayb, Imam ar-Razi menegaskan ayat tersebut hendak meneguhkan misi kenabian yang di dalamnya menggabungkan antara dimensi iman dan dimensi kemaslahatan umat. Keduanya merupakan kekuatan yang mahadahsyat dalam rangka membangun masyarakat yang dicintai Allah swt. Yaitu masyarakat yang makmur dan mendapatkan berkah-Nya. Seluruh manusia mempunyai kewajiban yang kurang lebih sama untuk menjaga dan memerhatikan kemaslahatan lingkungan. Yaitu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat luas, sekaligus menghindari hal-hal yang bersifat negatif terhadap lingkungan dan kehidupan bersama. Islam sangat memperhatikan kemaslahatan manusia, terutama kemaslahatan yang berdampak luas bagi kehidupan masyarakat. Dalam Islam, gagasan kemaslahatan dimaksudkan untuk mendorong umatnya agar senantiasa melakukan kebaikan sebanyak mungkin. Walaupun kebaikan tersebut menyangkut hal-hal yang sederhana. Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa perbuatan menyingkirkan duri yang dapat mengganggu orang di jalan merupakan bagian dari keimanan. Sebaliknya, dalam konteks keburukan disebutkan bahwa seorang yang sengaja mengurung kucing bisa menyebabkannya masuk neraka. Prinsip kemaslahatan dalam Islam diabadikan oleh Imam An-Nawawi dalam kumpulan hadis 40, yang dikenal dengan Hadis al-Arba’în al-Nawawî لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ فِي الْاِسْلاَمِ "Tidak ada kemudharatan dan memudharatkan dalam Islam" Hadits tersebut ingin memastikan, bahwa sebagai umat Islam kita diperintahkan agar senantiasa melaksanakan sesuatu yang membawa manfaat bagi orang lain. Sedangkan hal-hal yang membawa dampak bahaya atau kemudaratan hendaknya dijauhi. Sebab Islam sama sekali tidak menoleransi berbagai tindakan yang merugikan orang lain. Dalam konteks seperti ini, membuang sampah pada tempatnya sebagai bagian nyata dari perhatian terhadap lingkungan mempunyai makna yang sangat penting, walaupun perbuatan tersebut mungkin tampak sederhana. Dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, masyarakat sesungguhnya telah berperan besar dalam upaya menjaga kemaslahatan ruang publik. Harus diperhatikan bersama, pada awalnya kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya mungkin tidak terasa dampaknya. Apalagi sampah tersebut hanyalah berkas-berkas atau pun hal-hal kecil lainnya. Namun demikian, tidak ada hal kecil apabila terus dilakukan, apalagi orang lain kemudian turut melakukannya. Dengan kata lain, membuang sampah ringan tidak pada tempatnya pada akhirnya akan menimbulkan gunung sampah bila terus dilakukan. Apalagi perbuatan seperti ini kemudian dilakukan oleh banyak orang. Tatkala kejahatan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sudah melampaui batas kewajaran, alam pun pada akhirnya membalasnya dalam bentuk-bentuk musibah yang terjadi. Sebagaimana telah disampaikan, ketika musibah terjadi, dia tak lagi memerhatikan siapa yang baik atau siapa yang buruk, siapa yang melakukan sampah tidak pada tempatnya dan siapa yang membuang sampah pada tempatnya. Fathoni
lingkungan di sekitar kita adalah amanah allah yang harus